PROFIL DESA DLEPIH KECAMATAN TIRTOMOYO

Sejarah Desa Dlepih

Kemunculan desa-desa di Pulau Jawa, termasuk Desa Dlepih khususnya, masih belum diketahui secara pasti. Hingga saat ini belum ada tulisan sejarah yang mengungkap secara jelas lahirnya desa-desa tersebut. Dongeng atau cerita rakyat biasanya dibuat untuk menegaskan nama suatu tempat atau kota. Yang dimaksud dengan cerita rakyat atau sering disebut “folklore” adalah karya budaya berupa sastra lisan yang diwariskan secara turun-temurun, baik yang disampaikan dalam cerita lisan maupun dengan contoh-contoh yang disertai gerak tubuh atau alat bantu ingatan.

Kesinambungan cerita rakyat dari generasi ke generasi hingga saat ini terus berlanjut, sehingga isi cerita sesuai dengan hakikat cerita. Perbedaan mengenai asal usul nama suatu desa dari generasi sebelumnya dengan generasi sekarang adalah hal yang wajar. Generasi sekarang lebih banyak bercerita tentang hal-hal yang bersifat logika, sedangkan generasi sebelumnya lebih banyak menekankan pada hal-hal yang bersifat supranatural dan mistis. Namun alur cerita atau plotnya tetap dipertahankan.

Desa Dlepih adalah sebuah desa di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Di desa Dlepih terdapat sebuah bukit yang mempunyai sumber mata air bernama Pasiraman Kahyangan. Menurut legenda, inilah pertemuan antara Panembahan Senapati, Raja Mataram I dengan Ratu Laut Selatan (RatuKidul). Nama Desa Dlepih berasal dari kata “del” (dari bahasa Jawa kandel) yang berarti tebal dan “pih” (dalam bahasa Jawa plipih) yang berarti lapisan. Arti kata ini diperoleh karena ditemukan batu akik yang berbentuk plipih, tebal dan berukuran besar, yang dalam bahasa Jawa “Kandel ing Plipih” dikenal dengan nama “Delpih” dan orang sering menyebutnya “Dlepih”.

Batas wilayah Desa Dlepih antara lain, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Wiroko, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Karang Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tirtomoyo, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukoharjo. Luas wilayah Desa Dlepih adalah 758.2310 Ha, dengan kondisi wilayahnya dikelilingi deretan perbukitan yang seolah membatasinya dari desa lain. Desa Dlepih merupakan daerah yang mempunyai perbukitan, perbukitan tersebut memiliki nama seperti Bukit Kunir yang terletak di sebelah tenggara desa, Bukit Jaran di sebelah kiri, Bukit Banteng di sebelah kiri dan Bukit Wijil di tengah dan di sebelah kiri. sebelah kirinya adalah Bukit Lirik, walaupun masyarakat Dlepih lebih suka menyebutnya gunung.

Di Desa Dlepih terdapat hutan yang luas dan kondisi alamnya masih berupa perbukitan. Luas hutannya sekitar 1/3 dari luas Desa Dlepih (224.5000 Ha). Di wilayah Desa Dlepih terdapat sebuah sungai yang besar dan panjang. Sungai ini bersumber dari hutan khayangan dengan aliran sungai yang deras. Saat musim kemarau, air terus mengalir di sungai ini. Sungai ini mengalir melalui kawasan Khayangan dan menjadi daya tarik pengunjung. Kawasan Dlepih juga mempunyai gua yang merupakan gua peninggalan penjajah Jepang. Gua-gua ini merupakan lorong yang dibuat oleh orang Jepang sebagai tempat melarikan diri atau bersembunyi, selain itu gua-gua tersebut mengandung mineral dan menghasilkan berbagai macam batuan alam.

Pembuatan Kerajinan Batu Mulia Masyarakat Desa Dlepih

Potensi Desa Dlepih

Desa Dlepih memiliki beberapa potensi ekonomi, dari hasil pertanian antara lain padi, padi gogo, jagung, ubi kayu, dan kacang tanah. tanaman perkebunan yang banyak dihasilkan antara lain kelapa, cengkeh, kopi, dan janggelan. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Dlepih adalah petani, namun selain itu memiliki pekerjaan sambilan berupa industri rumah tangga yang bernilai ekonomis diantaranya: kerajinan batu mulia, membatik, industri pembuatan batu bata dan pembuatan genting.

Petani yang memiliki sebidang tanah pertanian juga mempunyai toko yang dikelola oleh istrinya, misalnya. Pada awal musim tanam, pendapatan dari warung kadang lebih besar, atau bisa lebih kecil dibandingkan hasil pertanian. Di desa, umumnya PNS desa, pegawai, dan pengusaha memiliki sebidang tanah. Warga menyewakan tanah dengan berbagai cara, ada pula yang menggarap tanahnya sendiri.

Di Desa Dlepih terdapat berbagai macam industri rumah tangga. Hal ini terjadi karena warga setempat tidak terfokus pada satu jenis industri saja, melainkan disesuaikan dengan minat dan keterampilannya. Di Desa Dlepih terdapat lebih dari satu industri rumah tangga, seperti kerajinan batu mulia, kerajinan batik khas Tirtomoyo, industri pembuatan genteng, mebeler, kerajinan anyaman bambu, pembuatan batu bata, wayang kulit, kerajinan benda bertuah dan batu setengah mulia yang berada di Wisata kahyangan.

Kemudian ada pula industri makanan antara lain tahu/ tempe dan aneka makanan ringan. Potensi budaya antara lain campursari, kerawitan, wayang kulit, musik terbangan, qasidah, tari kakiko, tari gambyong, drumd band, dan laras madyo. Obyek wisata antara lain wisata alam spiritual yaitu Wisata Kahyangan di Desa Dlepih. Tempat ini ramai dikunjungi masyarakat pada saat pergantian tahun baru Islam atau Jawa untuk melakukan tirakat atau memohon doa kepada Tuhan agar keinginan dapat terkabul.

Pembuatan Kerajinan Batu Mulia Masyarakat Desa Dlepih

Pembuatan Kerajinan Batik Tirtomoyo Masyarakat Desa Dlepih

Pembuatan Kerajinan Batik Tirtomoyo Masyarakat Desa Dlepih

Cerita Rakyat Desa Dlepih

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu tempat yang dipilih oleh Raja-Raja Jawa untuk mengasah kemampuan spiritual, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta serta untuk mencapai impian dan cita-citanya. Banyak tempat di Kabupaten Wonogiri yang dulunya dijadikan tempat bermeditasi, mulai dari pegunungan, gua, pesisir pantai, hingga hutan belantara.

Salah satu wahana spiritual legenda yang terkenal adalah Obyek Wisata Alam Kahyangan di Desa Dlepih, Kecamatan Tirotomoyo. Lokasi objek wisata Kahyangan berada di ujung tenggara Kabupaten Wonogiri dengan jarak dari Kota Wonogiri kurang lebih 40 km. Akses jalan memadai bagi kendaraan roda empat untuk mencapai tujuan. Wisata Alam Kahyangan menyuguhkan suasana alam perbukitan dengan pepohonan besar yang menjulang tinggi dilengkapi dengan mata air yang membentuk aliran sungai yang cukup deras. Gemericik arus mata air surgawi menimbulkan suara alam yang menyejukkan hati. Mungkin karena suasananya inilah, Surga dipilih sebagai tempat yang ideal untuk bermeditasi sekaligus mendekatkan diri kepada Tuhan.

Menurut legenda yang ada, dahulu kala Kahyangan merupakan tempat dimana Panembahan Senopati, seorang pembesar di Mataram bertapa atau bersemedi dengan keinginan menjadi seorang raja. Setelah bermeditasi beberapa lama, Panembahan Senopati akhirnya bisa menjalin komunikasi dengan makhluk penguasa Laut Selatan yang dikenal dengan nama Kanjeng Ratu Kidul untuk membantu mewujudkan impiannya menjadi Raja Mataram. 

Sejarah membuktikan, setelah bersemedi di Kahyangan, Panembahan Senopati berhasil memangku tampuk kepemimpinan sebagai Raja Mataram Pertama tanpa adanya pertumpahan darah sedikit pun. Terdapat beberapa tempat wisata di Obyek Wisata Alam Kahyangan yaitu :

Kedung Pasiraman, merupakan tempat di aliran mata air Kahyangan dimana Panembahan Senopati melakukan meditasi kungkum (berendam).

Ada cerita legendaris tentang tasbih Panembahan Senopati yang hilang tersebar di sumber mata air Kahyangan yang terus diburu masyarakat hingga saat ini karena diyakini memiliki kekuatan magis. Pada zaman dahulu, ketika Panembahan Senopati sedang bertapa dan didampingi Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan, ia dikejutkan dengan kehadiran manusia bernama Nyai Puju.

Ada cerita legendaris tentang tasbih Panembahan Senopati yang hilang tersebar di sumber mata air Kahyangan yang terus diburu masyarakat hingga saat ini karena diyakini memiliki kekuatan magis. Pada zaman dahulu, ketika Panembahan Senopati sedang bertapa dan didampingi Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan, ia dikejutkan dengan kehadiran manusia bernama Nyai Puju.

Nyai Puju merupakan warga sekitar yang sehari-harinya bekerja keluar masuk kawasan Kahyangan. Hingga pada suatu ketika ia melihat Panembahan Senopati sedang bertapa ditemani Kanjeng Ratu Kidul yang merupakan makhluk gaib. Terkejut dengan kehadiran Nyai Puju, Kanjeng Ratu Kidul menarik lengan Panembahan Senopati. Karena panik, Kanjeng Ratu Kidul tidak sengaja menarik tasbih Panembahan Senopati hingga talinya putus. Maka tasbih tersebut disebarkan di aliran mata air Kahyangan.

Kemudian Kanjeng Ratu Kidul mengatakan, siapa pun yang menemukan tasbih tersebut berserakan maka akan mendapatkan kebahagiaan. Dari legenda tersebut banyak orang yang berburu tasbih Panembahan Senopati dengan mengunjungi Wisata Alam Kahyangan dan bermeditasi disana.

@Desa Dlepih Design by LafasyDigital